• MENYIMAK UPAYA TOYOTA DALAM KNOWLEDGE MANAGEMENT

    Perubahan Dari Masyarakat Industri Menuju Masyarakat Pengetahuan

    Senjata rahasia Toyota yang paling terkenal adalah sistem manufakturnya yang briliann dan tidak orthodoks. Sistem ini diperkenalkan pada pertengahan abad 20 yang dikenal dengan Toyota Production System (TPS). Sistem ini memungkinkan Toyota dapat merespons permintaan pasar yang fluktuatif dan mampu memproduksi model dengan cepat serta keunggulan dalam hal operasional logistik, mudah dipantau dan menjaganya tetap rendah.
    Seiring berkembangnya waktu, terjadi perubahan dalam manajemen yang cukup langka yakni perubahan dari masyarakat industri menjadi masyarakat pengetahuan. Ketika masih berada pada tahap masyarakat industri, manajemen memfokuskan pada jalur perakitan, mesin, robot, dan otomasi. Sedangkan masyarakat pengetahuan, yang saat ini dipakai, manajemen fokus pada kecerdasan yang mendalam. Toyota telah membentuk satu model manajemen baru yang sesuai dengan era pengetahuan. Cara yang ditempuh yakni dengan melihat industri otomotif sebagai industri yang dimotori pengetahuan dimana pertumbuhan bukan saja tergantung pada efisiensi operasional melainkan juga pada kemampuan orang dan organisasinya. Model manajemen pengetahuan milik Toyota melakukan pendekatan yang lebih manusiawi bagi produk-produk industri karena lebih menempatkan manusia, bukan mesin, pada titik pusat segalanya. Perusahaan melihat para pekerja pabriknya sebagai pekerja pengetahuan yang mengumpulkan kebijaksanaan pengalaman dari jalur produksi. Perusahaan memahami bahwa menumbuhkan ide dari manapun seperti dari pabrik, kantor dan sebagainya mempunyai arti penting dalam industri yang dimotori pengetahuan.

    Sistem Syaraf Toyota – Versi Manusia World Wide Web

    Toyota bekerja dengan asumsi bahwa setiap orang mengetahui segalanya karena budaya komunikasinya adalah terbuka dan personal. Informasi mengalir bebas ke atas dan ke bawah hierarki serta menyeberangi fungsi dan level senioritas, meluas hingga ke luar organisasi, yaitu pemasok, customer, dan dealer. Sesuai dengan tradisional khas timur, hubungan personal berarti sangat penting, sehingga dalam dunia Toyota yang sudah berada di era digital sebenarnya masih bersifat analog. Untuk itu dibutuhkan pengembangan keahlian mendengarkan seluruh opini dalam sebuah lingkungan pertukaran yang bebas dan terbuka, serta dalam interaksi empat mata dan hasilnya yaitu akumulasi hubungan dalam satu jaringan yang analog, yang oleh VP eksekutif Yoshimi Inaba dikenal dengan nama ‘Sistem Saraf’.
    Seperti sistem saraf pusat di tubuh manusia, sistem saraf Toyota menyebarkan informasi dengan cepat dan simultan ke seluruh bagian organisasi baik organisasi dalam maupun yang beroperasi secara luas di luar negeri. Toyota memandang orang-orangnya sebagai sel sarafnya, sebagai unit structural dan fungsional yang menghasilkan dan menyebarkan sinyal atau denyut elektrokimia untuk bertindak. Orang-orang berperan sebagai neutrontransmiter dari jaringan komunikasinya. Toyota telah menggunakan sistem saraf ini untuk menghindari masalah akibat komunikasi yang buruk yang lazim terjadi di organisasi dengan birokrasi yang besar. Dengan memastikan setiap orang bisa mengetahui segalanya, beragam bagian di Toyota dapat bergerak bersama sebagai satu kesatuan. Dan inilah yang menjadi salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki Toyota.
    Sebagai sebuah sistem, Toyota tidak pernah lengkap karena Toyota terus tumbuh dan memproduksi sel saraf baru yang menyebarkan denyut berbeda dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Ada lima karakterisik dalam sistem saraf tersebut:

    1. Penyebaran pengetahuan secara terbuka dan meluas
    2. Kebebasan untuk menyuarakan opini berlawanan
    3. Interaksi empat mata yang kerap terjadi
    4. Mengungkap pengetahuan implisit dalam Toyota Way
    5. Mekanisme pendukung organisasi yang formal dan informal

    Penyebaran Pengetahuan Secara Terbuka dan Meluas

    Toyota selalu memberikan nilai tinggi bagi komunikasi terbuka antar karvawan dalam berkolaborasi. Untuk memfasilitasi keja tim, para karyawan didorong untuk terlibat dalam Yokoten yang berarti bentangkan atau buka sisi tepi. Slogan “Mari kita yokoten” kerap terdengar di Toyota. Slogan ini bertujuan untuk mendorong setiap orang berbagi pengetahuan dan keahlian pribadi secara terbuka dengan orang lain. Dengan slogan ini pula maka tercipta suatu komunikasi viral yang menghasilkan penyebaran pengetahuan ke semua arah yang lebih efisien. Organisasi harus bersifat terbuka dan relatif berbentuk datar agar sistem saraf dapat berfungsi dengan baik. Toyota telah menciptakan lingkungan tersebut, terbukda dan datar, dengan menempatkan semua orang bekerja sama dalam satu ruang besar tanpa penyekat. Konsep runag besar disebut dengan nama Obeya. Individu dari kelompok fungsional yang berlainan dalam tim persiapan produksi, seperti teknologi, pengadaan, logistik, produksi dan sebagainya ditempatkan dalam satu ruang besar. Kemudian, untuk memperkuat komunikasi dan kerja tim, maka dipasanglah informasi tentang proyek di dinding obeya yang berfungsi sebagai “ruang informasi” agar semua orang dapat melihatnya. Proses ini disebut dengan mieruka atau visualisasi. Mieruka lebih efektif dibanding komunikasi terkomputerisasi dalam menjaga agar karyawan tetap mengetahui dan mengikuti perkembangan proyek.

    Kebebasan Untuk Menyuarakan Opini Berlawanan

    Dalam Organisasi, sebaiknya juga terbuka atas kritik dan kontradiksi agar sistem saraf berfungsi semestinya. Hal ini mengandung maksud bahwa setiap orang bebas menyuarakan opini berlawanan ke manajemen puncak dan kantor pusat. Hal ini membuat satu organisasi di mana tidak seorang pun menyembunyikan kekhawatiran atau persoalan dan dimana diskusi konstruktif berlangsung dengan rutin.
    Setiap individu di Toyota diharapkan akan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya benar. Otoritas, tanggung jawab, dan akuntabilitas tergantung pada orang itu, bukan pada jabatan atau tahun senioritasnya. Inilah sebah warisan budaya dari praktik jidoka yang terkenal di Toyota Production System. Sebagai contoh, seorang karyawan memiliki kekuasaan untuk menarik tali andon, menghentikan jalur perakitan bila melihat sesuatu yang tidak sesuai standar. Seseorang karyawan yang memilih tali itu mendpat kewenangan dari pemahaman mendalam atas standar kualitas. Dan dasar intinya, jika setiap orang berbagi pengetahuan ini, anda dapat mengandalkan banyak orang seperti mereka untuk menarik tali andon berdasarkan alasan dan pengalaman yang tepat.

    Interaksi Empat Mata Yang Kerap Terjadi

    Walaupun tidak ada hukuman jika operasional lokal mengabaikan saran kantor pusat atau jika bawahan tidak menaati perintah atasan mereka, penolakan untuk mendengar pihak lain adalah pelanggaran yang serius. Sistem saraf Toyota hanya berfungsi jika informasi dari sumber tersedia bagi setiap orang di organisasi, sehingga disini dibutuhkan interaksi empat mata di lapangan. Menurut Yukitoshi Funo, presiden Toyota Motor Sales, USA, hannya orang-orang yang dilapangan yang memiliki informasi yang sesuai dengan fakta lapangan. Orang-orang di atas mungkin visioner, tetapi mereka yang di bawah yang memiliki informasi aktual tentang apa yang dapat atau apa yang tidak dapat dilakukan.
    Para manajer di Toyota jarang mencapai posisi senior tanpa mendapat dan menyerap kehalian mendengarkan sepenuhnya atas apa yang ingin dikatakan karyawan, serta terus bertanya dan menyelidiki untuk memperoleh cara yang lebih baik. Para manajer di Toyota juga jarang mencapai posisi senior jikalau mereka adalah tipe-tipe pengkhotbah. Berkat kebijakan ini, hanya sedikit persaingan antarpribadi di Toyota untuk jenis yang eksis dimana orang-orang berebut posisi untuk mendapat pekerjaan yang mereka inginkan.

    Membuat Pengetahuan Laten Menjadi Eksplisit: The Toyota Way 2001

    Elemen aktif berikutnya adalah praktik mengubah pengetahuan empiris yang mendalam dan tertutup (pengetahuan laten) menjadi bentuk eksplisit guna memperluas penyebaran di organisasi dengan cara menulis atau melisankan pengetahuan yang telah mereka wujudkan (pengetahuan mendalam berdasarkan pengalaman). Toyota, dibawah kepimipinan Fujio Cho, memulai inisiatif untuk menuliskan kebijaksanaan para pendiri yang telah diwariskan secara lisan ke beberapa generasi. Semua perkataan dan anekdot dikumpulkan dan dievaluasi untuk membentuk satu set nilai, keyakinan, prinsip, wawasan, dan instuisi bagi perusahaan. Dalam prosesnya terdapat 2 nilai inti sebagai pilar Toyota yakni perbaikan berkelanjutan (kaizen) dan menghargai orang. Lalu penjabarannya dituliskan dalam sebuah dokumentasi dengan judul The Toyota Way 2001 atau lebih dikenal dengan nama the green book. Pertumbuhan dan keragaman operasional luar negeri telah memicu Fujio Cho untuk merefleksikan kebijaksanaan sesepuh perusahaan dan memikirkan cara untuk menyebarkan pengetahuan mereka di lingkungan baru guna membantu mereka melaksanakan operasional tersebut sehingga The Toyota Way pun akan berkembang seiring perjalanan waktu sehingga The Toyota Way akan direvisi bila perlu di masa depan.
    Publikasi The Green Book juga diikuti oleh The Toyota Way ins Sales dan Marketing yang dikenal sebagi Silver Book. Silver Book merupakan dokumentasi filosofi para pendiri perusahaan yang terkait khusus dengan operasional penjualan dan pemasaran. Silver Book ini lalu dikirim ke semua distributor pada Oktober 2002.
    Menuangkan kebijaksanaan para pendiri ke atas kertas adalah langkah pertama dalam proses konversi pengetahuan. Langkah selanjutnya (yang lebih penting) adalah bagaimana menyebarkan hal itu ke penjuru organisasi dan diterapkan dalam cara yang dapat diterima sebagai pengetahuan berwujud yang bisa dipahami secara implisit.

    Mekanisme Pendukung Formal dan Informal

    Mekanisme pendukukng formal dan informal telah dibentuk di dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk ikut menopang fungsi efektifitas sistem saraf. Ada 2 lembaga yang berperan yaitu pertama Toyota Institute yang berguna membentuk pemimpin dan manajer madya global yang ditanamkan nilai Toyota way, dan kedua Global Knowledge Center yang bertugas untuk menyebarkan The Toyota Way in Sales and Marketing. Kedua lembaga tersebut merupakan mekanisme formal pendukung sistem saraf yang memnungkinkan setiap orang mengetahui segalanya. Selain mekanisme formal, juga didukung dengan informal dengan mendorong para karyawan untuk bergabung ke beragam kelompok yang terorganisir misalnya berdasarkan fungsi khusus, tahun angkatan, latar belakang pendidikan, tempat lahir, lever manajerial, jenis tugas di pabrik, lokasi pabrik, keahlian, olahraga dan hobby, dan induk organisasi lainnya. Adalah lazim seorang karyawan Toyota di Jepang menjadi anggota kelompok informal ini. Seoran pensiunan pekerja pabrik telah mengingat bagaimana ia berhasil membangun jaringan vertical, horizontal, bahkan diagonal melalui kelompok-kelompok informal seperti itu. Dengan melibatkan kedalam kelompok informal maka dapat terjalin suatu persahabatan. Orang-orang jug dapat belajar bagaimana cara berkomunikasi dan bisa mendapat berbagai macam informasi dengan ambil bagian di kelompok ini. Fungsi lainnya semisal jaringan vertical memangkas hierarki organisasi, jaringan horizonzal memperluas kontak anda dengan kelompk yang melakukan pekerjaan yang sama atau berbedai lokasi, dan sebagainya.

    Sumber: Extreme Toyota – 2008

  • Management 14.10.2010 No Comments

    Kegiatan pelayanan perpustakaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi penyedia layanan dan dari sisi pemakai layanan. Dari sisi penyedia layanan, kegiatan pelayanan perpustakaan meliputi:

    1. Pengadaan pustaka: pembelian, pelangganan, pencarian/pengumpulan.

    2. Penyiapan pustaka: antara lain, pemberian label, dan katalogosasi.

    3. Pemberian layanan: antara lain, penempatan pustaka di rak, pengeluaran pustaka untuk dipinjamkan (sirkulasi), dan seringkali pula: mencarikan pustaka atas permintaan pengguna layanan.

    4. Pemeliharaan pustaka: perbaikan dari kerusakan, pemeliharaan agar tidak rusak, penyimpanan dalam media lain (misal: dari buku ke CD-ROM).

    Selain itu, penyedia layanan juga menyediakan ruang beserta sarana-prasarana yang diperlukan untuk kegiatan penggunaan layanan perpustakaan.

    Dari sisi pengguna layanan, terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:

    1. Mencari pustaka: mencari dari katalog, menelusuri rak-rak buku.

    2. Membaca/memanfaatkan pustaka (di ruang perpustakaan)

    3. Meminjamkan pustaka (untuk dibawa ke luar perpustakaan)

    Seringkali pengguna layanan juga melakukan kegiatan menyalin isi pustaka dengan cara menulis di buku catatannya atau mengfotokopi isi pustaka. Selain itu, sering pula pengguna layanan meminta bantuan staf perpustakaan untuk mencari pustaka. Pustaka yang dimaksud di atas meliputi media cetak (antara lain: buku, majalah, surat kabar), media elektronis (antara lain: berkas elektronis di disk, CD, internet) dan media foto/slide.

    Seiring tuntutan kebutuhan pelayanan ditingkatkan dengan berbagai kemajuan, seperti adanya pelayanan akses antar perpustakaan yang menghubungkan berbagai universitas. Kebutuhan akan berbagai pengetahuan inilah yang mendorong perlu adanya tata kelola perpustakaan yang lebih memadai, salah satunya dengan upaya sistem informasi perpustakaan.

    Dalam konteks makalah ini, yang dimaksud dengan peranan knowledge management bagi perpustakaan adalah dimana pemakai perpustakaan tidak hanya bisa menelusur katalog terpasang, tetapi juga secara interaktif dan aktif mencari informasi, terus termotivasi untuk belajar (membaca, berdiskusi, memberikan komentar), dan dimotivasi untuk mau berbagi pengetahuan. Bila knowledge management dijalankan dengan baik, akan menjadikan manusia-manusia produktif yang mampu melakukan perbaikan pada faktor-faktor sosial dan budaya masyarakat.

    Yang harus diperhatikan adalah, orang akan termotivasi untuk belajar jika ia tertarik dengan apa yang akan ia pelajari (learning is remembering what you’re interested in). Karena itu, pustakawan perlu tahu dahulu bidang apa saja yang menjadi interes pemakai. Tiap orang mempunyai pola dan proses pembelajaran serta interes yang berbeda-beda. Untuk itu perlu ada penelitian yang mendalam tentang kebutuhan pemakai. Model penelitian kualitatif cocok untuk menggambarkan secara detail pola komunikasi dan pembelajaran pemakai perpustakaan.

    Dari sisi penyedia layanan, pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan pelayanan perpustakaan meliputi:

    1. Pengadaan bahan pustaka: pembelian, pelangganan, pencarian / pengumpulan, yakni pencarian informasi pustaka yang dijual oleh penerbit di dunia dapat dilakukan lewat akses internet; demikian juga, pemesanan maupun pembelian/pembayarannya dapat dilakukan lewat internet.

    2. Penyiapan pustaka: antara lain, pemberian label dan katalogisasi, yakni penyiapan pustaka dapat lebih lancar dan terintegrasi dengan memanfaatkan perangkat lunak umum (olah kata dan olah angka) maupun dengan perangkat lunak yang khusus dibuat untuk mendukung pengolahan pustaka.

    3. Pemberian layanan yakni pemberian layanan sirkulasi dan pencarian pustaka dapat didukung oleh suatu sistem informasi yang khusus dibuat untuk itu.

    4. Pemeliharaan pustaka yakni penyimpanan pustaka dari bentuk buku ke dalam media berupa CD dapat dilakukan dengan teknologi komputer.

    Dalam era informasi, perpustakaan saat ini telah mempunyai ruang-ruang komputer yang dilengkapi dengan jaringan komunikasi data (LAN dan akses internet) serta CD-ROM berisi informasi pustaka. Dari sisi pengguna layanan, kemajuan teknologi informasi perlu dimanfaatkan untuk mendukung beberapa kegiatan sebagai berikut:

    1. Pencarian pustaka lewat katalog dapat dilakukan dengan bantuan suatu sistem informasi perpustakaan

    2. Pembacaan/pemanfaatan pustaka (di ruang perpustakaan) tidak hanya dilakukan terhadap media cetak tetapi juga terhadap media elektronis (CD-ROM), disket, hardisk) dengan bantuan sistem komputer dan teknologi komunikasi data. Dengan memanfaatkan akses jarak jauh (LAN, WAN, Internet), pengguna layanan perpustakaan tidak harus berada dibangunan perpustakaan, tapi dapat berada dimanapun untuk membaca/memanfaatkan layanan perpustakaan (situasi ini biasa disebut sebagai virtual library.

    3. Peminjaman pustaka di era informasi tidak lagi dibatasi oleh koleksi perpustakaan setempat, tapi mendunia (karena pustaka berupa berkas elektronis). Situasi seperti ini disebut sebagai library without walls.

    Untuk menyalin isi pustaka elektronis (CD-ROM, berkas internet) dapat dilakukan dengan mengkopinya ke dalam storage media, seperti USB, Harddisk eksternal, maupun ke dalam memory card.

    Pergeseran Fungsi Perpustakaan Seiring dengan Perkembangan Teknologi

    Perubahan fungsi perpustakaan sebagai akibat dari perkembangan teknologi sangat bergantung pula pada partisipasi dan kerjasma berbagai komponen di dalamnya, meliputi dari staff karyawan, pustakawan, mahasiswa, dosen, rektor,dan pihak lainnya untuk mewujudkan suatu perpustakaan yang berbasis teknologi dan dapat menyediakan informasi kapanpun.

    Dalam knowledge management terdapat beberapa tahapan agar suatu knowledge yang tersimpan dalam organisasi dapat dikelola dengan baik. Adapun tahapan dalam knowledge management tersebut meliputi :

    1. Berbagi pengetahuan yang belum digali (tacit)

    2. Menciptakan konsep

    3. Membenarkan konsep

    4. Membangun prototype

    5. Melakukan penyebaran pengetahuan

    Kesimpulan :

    Berdasarkan kajian di atas, dapat ditarik kesimpulan penerapan knowledge management di perpustakaan :

    1. Knowledge management tidak dapat diterapkan secara terpisah dengan aktivitas operasional dan teknologi informasi, karena ketiganya saling berkaitan dan mendukung dalam upaya penciptaan institusi yang berwawasan pengetahuan.

    2. Knowledge management yang terintegrasi dengan perpustakaan akan meningkatkan universitas mengembangkan mahasiswa untuk mengelola berbagai pengetahuan yang diperoleh dan selanjutnya dapat digunakan dalam lingkungan pendidikan secara keseluruhan.

    3. Penerapan teknologi berbasis web menjadi faktor penting dalam penerapan knowledge management dan sistem informasi perpustakaan yang menghasilkan jaringan perpustakaan (perpustakaan digital).

    4. Konsep knowledge management telah berhasil menjadikan sumber daya manusia sebagai penentu berkembangnya budaya belajar sehingga penggunaan knowledge dapat dilakukan dengan cepat seiring dengan kebutuhan informasi dan pengetahuan.

    Daftar Pustaka

    Implementing Knowledge Management In Academic Libraries: A Pragmatic Approach,

    Knowledge Managemnet And Role Of Libraries,

    Knowledge Management In Libraries In The 21th Century.

    sumber :

    http://leuwiliang-bogor.blogspot.com

  • Management 14.10.2010 No Comments

    Sebelum kita membahas manajemen pengetahuan lebih jauh pada artikel selanjutnya, alangkah bijaksananya kalau kita mengetahui sejarah atau asal muasal suatu manajemen pengetahuan atau yang biasa di kenal dengan Knowledge Management (KM).

    Sejak awal tahun 90-an para pakar seperti Alvin Toffler (1990), Robert Reich (1991), James Brian Quinn (1992), dan Peter Drucker (1993) menekankan tentang pentingnya pengetahuan (knowledge) dalam masyarakat dan perekonomian (society and economy) di akhir abad ke-20 dan pada abad ke-21. Menurut Drucker, di era ‘knowledge society’, pengetahuan bukan semata sebagai salah satu sumberdaya (a resource) bersama faktor-faktor produksi tradisional lain seperti buruh, tanah, dan modal, melainkan satu-satunya sumber daya (the only resource).

    Menurut Garner Group (Koina, 2004), manajemen pengetahuan adalah suatu disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan terintegrasi terhadap pengidentifikasian, pengelolaan dan pendistribusian semua asset informasi suatu organisasi. Selanjutnya disebutkan bahwa informasi yang dimaksud meliputi database, dokumen, kebijakan, dan prosedur dan juga keahlian dan pengalaman yang sebelumnya tidak terartikulasi yang terdapat pada pekerja perorangan.

    Dalam buku yang ditulis oleh Von Krough, Ichiyo, serta Nonaka (2000), dan Chun Wei Choo, (1998), disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian knowledge adalah sebagai berikut:

    1. Knowledge merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan (justified true believe);

    2. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan (tacit);

    3. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut;

    Bersamaan dengan hal itu beberapa konsep knowledge management dapat mendasari suatu institusi pendidikan menerapkan suatu perpustakaan berbasis knowledge management, antara lain:

    1. Knowledge management merupakan proses yang terus-menerus harus dilakukan sehingga proses tersebut akan menjadi satu budaya dari perusahaan tersebut, dan akhirnya perusahaan akan membentuk perusahaan yang berbasis kepada pengetahuan.

    2. Knowledge management membantu organisasi untuk mengelola kemampuan tiap individu untuk sharing knowledge.

    3. Organisasi harus mampu mengintegrasi, me-manage knowledge dan informasi terhadap lingkungan secara efektif.

    Pengetahuan dapat dibagi 2 yang sebaiknya dimiliki oleh perpustakaan yakni berupa :

    1. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang berbentuk know-how, pengalaman, skill, pemahaman, maupun rules of thumb.

    2. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang tertulis, terarsip, tersebar (cetak maupun elektronik) dan bisa sebagai bahan pembelajaran (reference) untuk orang lain.

    Diharapkan setelah kita membaca informasi diatas, kita bisa minimal mengerti apa yang dimaksud dengan KM. Ini sangat perlu karena supaya tidak terjadi kerancuan dari pengertian KM. Dan semoga kedepan KM bisa diimplementasikan di institusi kita masing-masing.

    sumber :

    dari berbagai sumber

  • Management 12.10.2010 No Comments

    Disini saya akan menjelaskan KM itu apa, dari sisi orang awam. Semoga membantu bagi para pembaca. Pengertian dati Manajemen pengetahuan (Bahasa Inggris: knowledge management) adalah suatu RANGKAIAN KEGIATAN yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk MENGIDENTIFIKASI, MENCIPTAKAN, MENJELASKAN, dan MENDISTRIBUSIKAN PENGETAHUAN untuk DIGUNAKAN KEMBALI, DIKETAHUI, dan DIPELAJARI di dalam organisasi (Sumber: Wikipedia).

    Contohnya suatu implementasi untuk KM pada kehidupan sehari-hari seperti kita waktu sekolah/kuliah, ketika dosen menerangkan lewat slide kemudian kita mencatat. Setelah kita mencatat, buku kita dipinjem atau di fotocopy oleh teman kita.

    Itulah implementasi KM pada kegiatan kita sehari-hari.

    1. Latar belakang

    Didirikan pada 11 Maret 1960, PT Wijaya Karya (Persero), biasa disebut WIKA, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedrijf Vis en Co disingkat NV Vis en Co.

    Berawal dari perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan instalasi, WIKA berkembang menjadi perusahaan yang sehat dengan empat pilar bisnis utama yaitu usaha jasa Konstruksi, Industri, Perdagangan dan Realti.

    Di bidang konstruksi, proyek dengan berbagai skala maupun berteknologi baru berhasil diselesaikan, yang meliputi bidang pekerjaan sipil, arsitektur, makanikal, elektrikal, maupun tata lingkungan.

    Di bidang industri, WIKA berhasil mengembangkan produk-produk yang sangat kompetitif di pasar. Produk yang berhasil menjadi unggulan WIKA diantaranya berbagai produk beton, konversi energi, komponen otomotif aluminium casting, serta konstruksi baja.

    Di bidang perdagangan, sejak tahun 1987 WIKA telah mengekspor berbagai komoditi hasil industri WIKA seperti furniture, tiang beton, pemanas air tenaga surya, konektor dan aksesorisnya serta komponen aluminium casting lainnya ke pasar Malaysia, Amerika, Belanda, Perancis dan negara Eropa lainnya.

    Di bidang realti, WIKA mengembangkan kawasan hunian dengan brand Tamansari yang tersebar diberbagai lokasi di wilayah Indonesia, berupa perumahan berbagai tipe dengan penataan lingkungan yang asri dan nyaman.

    WIKA mendorong setiap unit usahanya yang memiliki potensi untuk berkembang lebih pesat dan memberi nilai tambah bagi menjadi unit usaha yang mandiri. Setelah pembentukan WIKA Beton yang pada awalnya adalah Divisi produk beton pada tahun 1997, WIKA melanjutkan pembentukan PT WIIKA In-trade yang awalnya adalah Divisi Industri dan Peradagangan serta PT WIKA Realty yang awalnya adalah Divisi Realti, pada awal tahun 2000.

    Keempat pilar bisnis tersebut kini dikelola oleh divisi konstruksi dan 3 anak perusahaan. Dengan demikian setiap unit usaha semakin terfokus pada pengelolaan bidang usahanya, agar suatu saat unit-unit usaha tersebut dapat menunjukkan diferensiasinya dan akhirnya meningkatkan nilai tambah sesuai kondisi lingkungan.

    1. Struktur dan framework perusahaan tersebut

    (tgg di upload)

    Wika mempunyai anak perusahaan:

    PT Wijaya Karya Beton

    • Beroperasi secara komersial : 1997
      Bidang Usaha : Industri Pengecoran Beton

    PT Wijaya Karya Realty

    • Beroperasi secara komersial : 2000
      Bidang Usaha : Realty & Property

    PT Wijaya Karya Intrade

    • Beroperasi secara komersial : 2000
      Bidang Usaha : Industry dan Perdagangan

    PT Wijaya Karya Insan Pertiwi

    • Beroperasi secara komersial : 2008
      Bidang Usaha : Erection dan installation mekanikal elektrika

    PT Wijaya Karya Bangunan Gedung

    (tgg diupload)

    Beroperasi secara komersial : 2008
    Bidang Usaha : Fasilitas Gedung dan Gedung Hunian

    PT Wijaya Karya Jabar Power

    • Beroperasi secara komersial : 2008
      Bidang Usaha : Sisi Hulu Pertambangan Panas Bumi Gunung Tampomas dan Sisi Hilir Pembangunan Pembangkit Listrik Panas Bumi

    model bisnis

    WIKA akan terlihat sebagai berikut:

    Masing-masing kegiatan pada backward integration, core activities maupun forward integration tersebut dilakukan pada tiga sektor utama, yaitu sektor energi, sektor industry dan sektor infrastruktur.

    • Jumlah karyawan

    (tgg diupload)

    Presentasi latar belakang pendidikan

    1. Bagaimana Implementasi “Culture” dari Knowledge management di perusahaan tsb?

    Penjelasan dan ramalan perilaku digambarkan secara terstruktur dalam organisasi behavior (OB) yang merupakan konsep atau model dalam terapan keseharian budaya perusahaan di PT. Wijaya Karya (WIKA). Pembelajaran inilah yang oleh WIKA dituangkan dalam keseharian dan juga landasan organisasi dalam rencana jangka panjang yang disebut WIKA STAR 2010. Dua hal utama dalam kaitan strategis, yakni engineering dan people, akan mengawal sampai kapan pun organisasi akan tumbuh. Pencapaian visi organisasi diyakini diperoleh melalui organisasi pembelajaran, brand equity, engineering, dan pengalaman baru dalam pembelajaran nyata di lapangan. Wika juga menerapkan program coaching, Mentoring, counseling

    Diagram rencana jangka panjang WIKA:

    –          Leadership drives performance excellence: kepemimpinan mendorong kinerja ekselen.

    –          Knowledge and competence are our main capital: pengetahuan dan kompetensi adalah aset andalan WIKA.

    –          Every activity shall create value: setiap aktivitas harus memberikan nilai tambah.

    –          Speed is essence: kecepatan merupakan hal yang sangat essensial.

    –          Technology is productivity booster: Teknologi menjadi pendorong aktivitas.

    Nilai-Nilai WIKA

    • Commitment

    Berbuat sesuai kesepakatan dan janji

    • Innovation

    Selalu mencari sesuatu yang lebih baik

    • Balance

    Menjaga keseimbangan semua aspek

    • Excellence

    Memberikan hasil lebih baik

    • Relationship

    Hubungan kemitraan yang baik untuk para pihak

    • Team Work

    Sinergi, kerja sama intra dan lintas unit kerja

    • Integrity

    Keutuhan dan ketulusan yang meliputi keadilan, tanggung jawab, transparansi, dan kejujuran

    1. Bagaimana Strategi yang dipakai untuk membangun “Culture” Knowledge?

    Direktur SDM dan Pengembangan Wika Tonny Warsono mengatakan, karyawan masa depan adalah karyawan yang mandiri, bisa menentukan pilihannya sendiri dan tidak menunggu petunjuk atasan. menurut Tonny, manajemen Wika memberlakukan budaya paksa-rela. Maksudnya, “memaksa lewat sistem, sehingga nantinya “terpaksa (melakukan sesuai sistem), “bisa (melakukan dengan pemahaman) dan akhirnya menjadi “terbiasa “Sekarang, kami sudah mulai masuk pada tahap terpaksa di mana melakukan segala sesuatu harus sesuai dengan sistem yang ada, Sutjipto mengakui.

    Salah satu hal yang kian ditanamkan dengan cara dipaksa adalah penerapan sistem organisasi pembelajar. Lantaran situasi dan kondisi bisnis jasa konstruksi semakin dinamis, apalagi bila mengincar pasar mancanegara, manajemen Wika memaksa karyawannya terus belajar dan memperbaiki diri. Wika sampai membuat simbol khusus yang menunjukkan adanya Sistem KM. Simbol berbentuk dua bintang yang saling bergandengan tangan dengan slogan citra “Sharing Every Day”.

    Group level merupakan interaksi kepemimpinan dengan timnya yang merupakan dinamika kelompok dan membentuk kesatuan antarindividu untuk mencapai tujuan tertentu.

    Secara konseptual, group level yang dikembangkan di WIKA seperti gambar berikut:

    Ada lima tahapan mencapai budaya WIKA, yaitu Dipaksa, Terpaksa, Bisa, Bisa, dan Budaya.

    5.   Bagaimana mengembangkan dimensi dan program dari “Culture” Knowledge?

    Direktur SDM dan Pengembangan Wika Tonny Warsono mengatakan, ia membentuk Community of Practise (CoP) yang anggotanya terdiri dari karyawan berbagai fungsi dan jabatan. Di sini, ada 24 CoP dengan area minat (interest) yang berbeda-beda. Setiap CoP memiliki smart goal yang ingin dicapai, dan setiap individu bebas memilih area CoP yang diikutinya. Misalnya, ada tiga CoP yang fokus membahas keuangan. Ketiga CoP ini punya nama yang berbeda, seperti F-1 dengan smart goal aplikasi Activity Based Costing di Wika, Sure Plus dengan smart goal pedoman akuntansi serta perpajakan, dan F3 dengan smart goal sistem akuntansi joint operation. Setiap CoP dipimpin seorang team leader yang memiliki jadwal tersendiri dalam mengumpulkan anggotanya. Pada saat pertemuan itulah, proses sharing dan coaching terjadi di antara anggota CoP.

    6.   Bagaimana Current Condition saat ini, model apa yg telah dikembangkan saat ini?

    Wika membuat KM online, dan menciptakan GM KM untuk memantau perkembangan KM di perusahaan.Wika juga membuat, poster, buletin engineering, Warta Wika, ikut kompetensi dan award, serta mailing list.

    7. Apa tantangan yang dihadapi? Apa ada faktor2 penghambat dan bagaimana upaya untuk mengatasinya?

    Tantangan terbesar dalam organisasi adalah SDM, oleh karena itu WIKA melakukan penerapan sistem organisasi pembelajar. Salah satunya, berbagi pengalaman. tidaklah mudah membangun budaya berbagi pengalaman di kalangan karyawan. Penyebabnya, antara lain, rasa tidak ingin disaingi dalam mencapai prestasi kerja pribadi. Atau, karakter sang karyawan yang tertutup, tidak berani atau tidak bisa mengungkapkan sesuatu secara lisan kepada rekannya, terlebih dengan atasannya. Untuk itu, ia pun menerapkan sistem “paksa-rela”. Caranya, membentuk Community of Practise (CoP) yang anggotanya terdiri dari karyawan berbagai fungsi dan jabatan. Di sini, ada 24 CoP dengan area minat (interest) yang berbeda-beda. Setiap CoP memiliki smart goal yang ingin dicapai, dan setiap individu bebas memilih area CoP yang diikutinya.

    Misalnya, ada tiga CoP yang fokus membahas keuangan. Ketiga CoP ini punya nama yang berbeda, seperti F-1 dengan smart goal aplikasi Activity Based Costing di Wika, Sure Plus dengan smart goal pedoman akuntansi serta perpajakan, dan F3 dengan smart goal sistem akuntansi joint operation. Setiap CoP dipimpin seorang team leader yang memiliki jadwal tersendiri dalam mengumpulkan anggotanya. Pada saat pertemuan itulah, proses sharing dan coaching terjadi di antara anggota CoP.

    8.   Apa lesson learn yang didapat? Apa best practice yang telah dicapai?

    Manfaat CoP ini dirasakan sekali oleh Meilany, staf Pengembangan dan Sistem Usaha Wika. Salah satunya, kecepatan mempelajari sesuatu dari pengalaman rekan kerja, baik hard skill maupun soft skill. Meilany tergabung dalam CoP yang membahas persoalan SDM. Nama CoP-nya, Tiang, yang memiliki smart goal berupa boostering KM. CoP ini membuatnya dapat lebih mengerti kesulitan yang dialami rekan kerja yang berbeda divisi dan fungsi.

    CoP adalah salah satu wadah untuk belajar. Seluruh karyawan dapat pula mengakses KM Online yang disediakan manajemen. Saking seriusnya menerapkan sistem KM, Wika memiliki General Manager KM. Tugasnya, memastikan sistem KM berjalan semestinya ataukah tidak. Termasuk, memfasilitasi ajang CoP dan komunikasi tentang implementasi KM ke seluruh karyawan. Secara struktural, posisi GM KM berada di bawah Direktur SDM dan Pengembangan.

    9.  Apa yang ingin dicapai pada masa depan?

    Dari sisi bisnis WIKA ingin melebarkan pangsa pasarnya ke ASEAN dan beberapa Timur Tengah dengan mencanangkan WIKA Star.

    Tetapi walaupun punya rencana untuk melebarkan pangsa pasar PT WIKA tidak akan meninggalkan bisnis intinya di Indonesia.

    10. Apa usulan anda yang terkait dgn konsep Knowledge Management yang menurut anda perlu dan akan diterapkan berdasarkan kasus yang anda tangani?

    Usulan kelompok kami, kedepan PT WIKA  menerapkan KM Activities dalam hal ini Customer Knowledge. Alasannya karena ini sesuai dan sejalan dengan tujuan PT WIKA untuk melebarkan sayap ke ASEAN. Dimana dalam hal ini dibutuhkan kemampuan para stakeholder dari PT WIKA supaya bisa menjaring banyak project. Kemampuan itu salah satunya adalah kemampuan untuk melayani costumer.

    Perlunya dilakukan pertukaran karyawan dengan perusahaan yang di banchmark oleh WIKA di dalam maupun diluar negeri. Agar karyawan dapat merasakan langsung tentang KM perusahaan yang dibanchmarknya dan perusahaan lain yang di benchmark kedalam WIKA dapat melihat langsung perbedaan antara perusahaannya dengan perusahaan yang dibanchmarknya itu.

    11. Dan lain2 hal penting yang perlu dikemukakan?

    PT WIKA ternyata adalah group perusahaan yang sudah go public, dimana nilai sahamnya juga termasuk stabil. Dengan go publicnya maka semua pelaporan keuangan dari PT WIKA harus dipublish oleh management.

  • Management 22.08.2010 No Comments

    Knowledge Management diartikan secara awam biasa disebut Manajemen Pengetahuan. Perusahaan yang banyak mengelola expert dan knowledge sebagai asset perusahaan untuk sustainable, innovative, competitive, biasanya memerlukan Manajemen Pengetahuan ini.

    Manajemen Pengetahuan sendiri memiliki kerangka kerja (framework) implementasi sebagai berikut:

    – vision – people – community – culture – process  – content – taxonomy – value – technology.

    Ketika saya selesai beribadah kepikiran (buat ngisi blog),  apakah suatu knowledge management bisa dikaitkan secara ilmiah dengan agama saya dalam hal ini  dengan referensi Qur’an, referensi Sejarah, referensi Kekinian terhadap knowledge management framework tsb.

    Menariknya, selalu dijumpai pada perusahaan2 yang “bertahan” hidup ratusan tahun, memiliki perhatian serius terhadap manajemen pengetahuan. Coba menengok sejarah Bangsa dan Peradaban besar ternyata juga selalu dijumpai bahwa mereka sangat serius perihal Manajemen Pengetahuan, contoh sederhananya adalah bangsa-bangsa besar dan inovatif selalu memiliki Perpustakaan yang “Excellent” serta Klasifikasi Pengetahuan (taxonomy) seperti Dewey Decimal Classification, Librarian Congress Classification dsbnya.

    Hal inipun dijumpai dalam Peradaban Islam masa lalu. Peradaban Islam sangat concern terhadap Manajemen Pengetahuan dengan dijumpai Perpustakaan yang besar, Tradisi Ilmiah sejak Knowledge Capturing berupa penerjemahan besar2an, sampai terbentuknya “Community of Practice” beragam bidang Kajian.

    Mungkin ada dari pembaca bisa membantu memberi ide atau contoh secara real.

  • Management 27.07.2010 No Comments

    Tugas dari dosen untuk membuat jurnal berkaitan dengan knowledge management dan social learning.

    Tunggu updatenya…